Dikisahkan ada seorang tua yang kaya raya tengah sakit keras dan kritis. Dia mempunyai dua orang anak laki-laki dan sebelum dia meninggal dia memanggil anaknya tersebut dan memberinya pesan terakhir.
Si ayah berpesan bahwa dia akan memberikan masing-masing satu perusahaan kepada mereka anak-anaknya untuk mereka kelola nantinya setelah dia tiada. Namun dia berpesan dua hal untuk anaknya.
Si ayah berpesan bahwa dia akan memberikan masing-masing satu perusahaan kepada mereka anak-anaknya untuk mereka kelola nantinya setelah dia tiada. Namun dia berpesan dua hal untuk anaknya.
Pesan yang pertama, janganlah kalian bekerja terkena sinar matahari. Kedua anak inipun memanggut tanda mengerti. Lalu jangan pula kalian menagih hutang, karena itu tidak baik. Sekali lagi kedua anak ini menganggukkan kepala. Tidak lama kemudian sang ayah menghembuskan nafas terakhirnya dan meninggal dunia.
campuslifemagz.beritasatu.com |
Singkat cerita, setelah dua tahun berjalan sang ibu mengunjungi anak tertuanya untuk menanyakan kabar.
"Bagaimana kabarmu wahai anakku tersayang. Apakah perusahaan peninggalan ayahmu sukses kau jalankan?", tanya ibu kepada si sulung.
"Bangkrut wahai ibuku, bangkrut", jawab si sulung."Aku sekarang jatuh miskin, tak punya apa-apa lagi seperti yang kau lihat sekarang", lanjut si sulung sambil menunjukkan rumah kecil yang dia tempati.
Sang ibu sangat bersedih melihat anak pertamanya mengalami keadaan ini. "Mengapa ini semua bisa terjadi anakku?", keluh sang ibu.
"Semua ini karena aku menuruti semua titah ayah sebelum meninggal dulu. Ayah berpesan jangan pernah bekerja terkena sinar matahari. Karena aku tak bisa mengendarai mobil, maka aku setiap hendak kekantor selalu naik taksi. Dan biaya untuk itu sangat besar bu, sehingga aku bebankan ke perusahaan", keluh si sulung.
"Lalu dulu ayah juga berpesan bahwa jangan menagih hutang, karena itu tidak baik. Aku juga menurutinya, semua hutang pelanggan perusahaan tidak ada yang aku tagih. Akhirnya sampai perusahaan tak mampu lagi menanggungnya dan bangkrut", lanjutnya.
Sang Ibu hanya bisa mengelus dada, dan turut bersedih dengan kondisi anak pertamanya sekarang. Lalu dia bersama ibunya berkunjung ke adiknya di kota sebelah. Mereka melihat rumah yang dulu kecil sekarang begitu mewah dan besar. Dan akhirnya mereka bisa menemui si bungsu.
"Wahai anakku yang aku cintai, bagaimana kabarmu dan bagaimana kabar perusahaan yang ayahmu tinggalkan kepadamu?", tanya ibu kepada si bungsu.
"Syukurlah bu, sekarang kondisiku jauh lebih baik dari dahulu. Perusahaan yang dulu ayah berikan juga lima kali lebih besar sekarang. Semua ini karena petuah yang ayah berikan kepada kami saat sebelum meninggal dulu.", ucap si bungsu bangga.
"Bagaimana bisa, apa yang sebenarnya terjadi?", tanya sang ibu.
"Dulu ayah berpesan janganlah bekerja terkena sinar matahari, maka aku pun berangkat ke kantor sebelum matahari terbit dan pulang dari kantor setelah matahari terbenam. Lalu ayah juga berpesan bahwa janganlah kalian menagih hutang karena itu tidak baik. Maka aku tak pernah memberikan hutang kepada pelanggan, usahaku berbasis cash atau langsung bayar", cerita si bungsu menjelaskan.
"Dan hasilnya seperti yang ibu dan kakak lihat sekarang. Berkat pesan ayah itu perusahaannya sekarang jauh lebih maju dan kehidupanku jauh lebih sejahtera", lanjut si bungsu.
Cerita ini mengajarkan kita untuk bisa lebih jeli menangkap apa sebenarnya pesan tersembunyi dari sebuah nasehat seseorang kepada kita. Pemahaman setiap orang dari sebuah pesan yang sama bisa menafsirkan secara berbeda. Seorang pengusaha haruslah ulet dan mau bekerja keras untuk bisa berhasil. Memanfaatkan apa yang ada bukan mengeluhkan apa yang ada adalah ciri pengusaha sukses. Selalu mencari solusi bukan selalu mengeluhkan sesuatu. Selamat berjuang saudaraku, semoga sukses.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar